Jakarta (Bidikonline.com) - Analisis yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mempunyai potensi untuk bersaing dengan Joko Widodo dalam Pilpres 2019 mendatang.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA), Toto Izul Fatah, mengatakan Gatot merupakan figur yang tingkat resistensinya paling minimal di bidang figur Capres lain yang beredar saat ini.
"Dari sekian banyak calon, mulai dari Anies Baswedan, Tuang Guru Bajang (TGB), Rizal Ramli, Agus Harimurti Yudhoyono, Muhaimin Iskandar dan lain-lain, hanya Gatot yang punya potensi lebih dibanding figur yang disebutkan tadi," ungkap Toto, Jumat (11/5/218).
Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA ini, ada tiga alasan mengapa Gatot yang paling potensial.
Pertama, dari segi karakter personal figur, Gatot adalah sosok yang merepresentasikan dua karakter sekaligus dari Prabowo Subianto yang tegas dan punya potensi menjadi strong leader dengan Joko Widodo yang sederhana dan merakyat.
"Sehingga, alasan dan keinginan rakyat yang memilih Prabowo karena sikap tegas dan nasionalisnya dan memilih Joko Widodo karena kesederhanaan dan sikap merakyatnya sudah cukup terwakili oleh sosok Gatot yang memiliki kedua karakter tersebut," katanya.
Alasan kedua, menurut Toto, selain karena faktor record personal sebagai mantan panglima TNI yang getol menyuarakan semangat kedaulatan bangsa dan jaga NKRI, Gatot juga termasuk figur yang tingkat resistensinya paling minimal.
Kecuali, isu dirinya yang dikaitkan dengan pengusaha ternama, Tommy Winata karena kedekatannya sejak lama.
"Jika pun itu dijadikan senjata oleh lawan politiknya, dari potret hasil survei kita kecil pengaruhnya. Isu itu bukan public interest yang bisa menggoyahkan dia karena semua tokoh, politisi, calon presiden pasti punya kedekatan dengan pengusaha. Dan hebatnya, Gatot tak mengelak dari isu itu. Bahkan, dia mengakuinya dengan jujur," tuturnya.
Alasan ketiga, Gatot dinilai sebagai figur yang punya kedekatan atau relatif diterima dengan baik oleh segmen pemilih mayoritas, yakni kalangan Islam, khususnya Islam konservatif yang jumlahnya cukup besar.(cc)